MEMBURU TIKET CAMPING GROUND
Kerumunan Kru Muda dan dua orang Dewan Redaksi, Indah dan Lana memikat telinga saya untuk menguping pembicaraan mereka. Tak satupun Kru Biasa ada di Sekretariat utama, kecuali saya, yang berniat menyapa mereka.
'Ada penyusup!' ujar Nisa, seorang Krumud yang berani-beraninya menyebut saya penyusup. Saya masuk. 'Lagi pada ngapain?' tanya saya menggali informasi rahasia ini. Tak ada jawaban cuma tatapan sinis dari mereka. Saya beranjak pergi dari mereka. Selentingan suara terdengar dari mulut Lana, "Krubis kan sibuk, jadi kalian beskesempatan besar." Saya semakin penasaran ihwal apa yang dirahasiakan begitu apik ini.
Selang puluhan menit, di Musala Dinamika, Krubis diajak berkumpul dengan Lana dan Indah. "Catat pengumuman ini!" ujar Indah dengan senyum pahit tapi legit, "Tulis Feature kenapa kamu berhak menikuti camping ground dari Dema......"
Terjawab sudah satu tanya di kepala saya. Dan jawabannya yakni memburu enam tiket camping ground di gunung Sinabung. Simposium ini akan diadakan 6-8 Mei 2011. Tak tanggung-tanggung acara ini akan diikuti oleh ratusan pendekar-pendekar UKK/UKM dan Dema IAIN SU. Dengan nada optimis hati saya merasa, "Saya orang yang akan mendapat tiket camping ground itu." Pikiran saya jauh melayang menembus jarak Medan-Karo dan sampai di puncak Sinabung saat duduk termangu di angkot RMC 104.
Di asrama saya berburu ide dengan menoreh pena di lembaran kertas putih bergaris hitam. Sudah ada enam alasan mengapa saya yang harus mendapat tiket tersebut. Mantap. Tapi pikiran saya terfokus, "Bagaimana mengubahnya dalam bentuk feature." Sebelum mendapat jawaban tersebut sebuah sms masuk bertuliskan 'LPM' tak salah lagi dari Lana. "Ngerti-ngerti, apa maksudnya," isi pesan yang muncul di layar ponsel saya. Seolah tidak menanggapi berlebihan, saya hanya membalas denagan, “Maaf. Jenis feature-nya bagaimana bang?” Kesempatan emas, saat yang tepat bertanya dengannya. "Bisa bercerita dalam feature itu," balasnya.
Kenapa saya berhak mendapat tiket camping ground?
Enam peluru berupa ide ini pasti manjur meluluh-lantakkan DR untuk memberi tiket itu pada saya:
Pertama, tayangan Jejak Petualang Trans 7 edisi Hicking di Semeru mengiri-irikan perasaan saya untuk menjejali mendaki gunung. Ini kesempatan hebat camping dan hicking gratis bak di Semeru, Jawa Tengah, walau nyatanya hanya di Sinabung. Namun, saya semakin excited untuk menaklukkan gunung tipekal B ini yang terakhir menyemburkan lahar pada 7 September 2010, setelah 410 tahun silam meletus.
Kedua, sumpah, saya butuh liburan. Saya terlalu penat dengan seluruh kegiatan. Padahal ini mau saya, "Saya ingin jadi orang sibuk!" jawab saya saat Andreas Harsono menanyakan, "Lima tahun kedepan anda akan seperti apa?" Namun, saat sibuk seperti ini, saya malah butuh liburan. "Maklum saya masih manusia," jerit seluruh organ saya yang butuh liburan. Tantangan mendaki gunung saya harap mengeluarkan racun-racun kepenatan di organ-organ saya bagai didetoksinasi. Setidaknya, dengan refresh-nya saya, dapat meningkatkan kinerja di sebagai Redaktur Pelaksana.
Ketiga, saya orang yang bodoh pernah mengatakan, "Tak ada gunanya Dema. Saat Pemira heboh, tak seheboh action-nya." Buktinya, kali ini saya selangkah lagi meraup tiket yang berasal dari Dema. Berdialog mengelilingi api unggun guna mempererat silahturahmi kelihatannya menjadi iming-iming mengikuti acara ini. Hangatnya api semoga memperhangat jalinan antar Dema dan UKK/ UKM.
Keempat, ingin mengulang sejarah ketika menjadi Scout Boy, yang menaklukkan penjelajahan sekitar 10 km di Ujung Padang. Kaki saya seolah patah-patah menelusuri jalanan panjang berdebu. Tak jauh beda, gunung Sinabung yang berkoordinat 3 derajat 10' LU dan 98 derajat 23' BT berada di kabupaten Karo ini akan saya catat menjadi petualangan menakjubkan. Dan tak kala penting menyaksikan sisa-sisa letusan gunung berjenis strato volcano ini. Pengalaman ini sebagai bukti bahwa saya siap untuk bertahan dalam kerasnya hidup di Sinabung.
Kelima, sebuah cerita tentang petualangan hidup saya akan saya telurkan sepulang dari Sinabung dan akan termuat di rubrik Kampusiana majalah Dinamika Edisi 29. Feature Perjalan belum pernah saya tulis, hanya tulisan fiksi yang termuat di catatan Facebook saya, dan kebanyakan tentang keindahan tempat di luar negeri. Kini saatnya menjejal jenis tulisan ini dengan perjalanan nyata yang masih segar diingat.
Keenam, sekaligus peluru terakhir saya, memgibarkan sang saka merah putih di puncak gunung Sinabung yang berketinggian 2.460 meter. Karakter Rusdi dalam novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi menginspirasi saya, betapa menjadi suatu kebanggan dan pencapaian luhur mengibarkan bendera Indonesia di puncak Mont Laura, Quebec, Kanada. Seolah menyamakan Mont Laura dengan Sinabung, tentunya ini akan menjadi pengalaman 'fantastico. fantastis'.
Harapan ini seperti harapan bocah dalam film 'Charlie and the Chocolate Factory.' "Semoga saya beruntung mendapatkan tiket seperti bocah itu," timpal saya.
Selanjutnya, "Merci Beaucop. Terimakasih," kata-kata ini akan terlahir untuk para DR jika memberikan tiket camping ground tersebut kepada saya.
Sepertinya peluru saya sudah habis. Simpulnya, saya akan menampilkan kepada para peserta camping group bahwa LPM Dinamika layak diacungi jempol dan meraup pengalaman camping dan hicking ria.
'Ada penyusup!' ujar Nisa, seorang Krumud yang berani-beraninya menyebut saya penyusup. Saya masuk. 'Lagi pada ngapain?' tanya saya menggali informasi rahasia ini. Tak ada jawaban cuma tatapan sinis dari mereka. Saya beranjak pergi dari mereka. Selentingan suara terdengar dari mulut Lana, "Krubis kan sibuk, jadi kalian beskesempatan besar." Saya semakin penasaran ihwal apa yang dirahasiakan begitu apik ini.
Selang puluhan menit, di Musala Dinamika, Krubis diajak berkumpul dengan Lana dan Indah. "Catat pengumuman ini!" ujar Indah dengan senyum pahit tapi legit, "Tulis Feature kenapa kamu berhak menikuti camping ground dari Dema......"
Terjawab sudah satu tanya di kepala saya. Dan jawabannya yakni memburu enam tiket camping ground di gunung Sinabung. Simposium ini akan diadakan 6-8 Mei 2011. Tak tanggung-tanggung acara ini akan diikuti oleh ratusan pendekar-pendekar UKK/UKM dan Dema IAIN SU. Dengan nada optimis hati saya merasa, "Saya orang yang akan mendapat tiket camping ground itu." Pikiran saya jauh melayang menembus jarak Medan-Karo dan sampai di puncak Sinabung saat duduk termangu di angkot RMC 104.
Di asrama saya berburu ide dengan menoreh pena di lembaran kertas putih bergaris hitam. Sudah ada enam alasan mengapa saya yang harus mendapat tiket tersebut. Mantap. Tapi pikiran saya terfokus, "Bagaimana mengubahnya dalam bentuk feature." Sebelum mendapat jawaban tersebut sebuah sms masuk bertuliskan 'LPM' tak salah lagi dari Lana. "Ngerti-ngerti, apa maksudnya," isi pesan yang muncul di layar ponsel saya. Seolah tidak menanggapi berlebihan, saya hanya membalas denagan, “Maaf. Jenis feature-nya bagaimana bang?” Kesempatan emas, saat yang tepat bertanya dengannya. "Bisa bercerita dalam feature itu," balasnya.
Kenapa saya berhak mendapat tiket camping ground?
Enam peluru berupa ide ini pasti manjur meluluh-lantakkan DR untuk memberi tiket itu pada saya:
Pertama, tayangan Jejak Petualang Trans 7 edisi Hicking di Semeru mengiri-irikan perasaan saya untuk menjejali mendaki gunung. Ini kesempatan hebat camping dan hicking gratis bak di Semeru, Jawa Tengah, walau nyatanya hanya di Sinabung. Namun, saya semakin excited untuk menaklukkan gunung tipekal B ini yang terakhir menyemburkan lahar pada 7 September 2010, setelah 410 tahun silam meletus.
Kedua, sumpah, saya butuh liburan. Saya terlalu penat dengan seluruh kegiatan. Padahal ini mau saya, "Saya ingin jadi orang sibuk!" jawab saya saat Andreas Harsono menanyakan, "Lima tahun kedepan anda akan seperti apa?" Namun, saat sibuk seperti ini, saya malah butuh liburan. "Maklum saya masih manusia," jerit seluruh organ saya yang butuh liburan. Tantangan mendaki gunung saya harap mengeluarkan racun-racun kepenatan di organ-organ saya bagai didetoksinasi. Setidaknya, dengan refresh-nya saya, dapat meningkatkan kinerja di sebagai Redaktur Pelaksana.
Ketiga, saya orang yang bodoh pernah mengatakan, "Tak ada gunanya Dema. Saat Pemira heboh, tak seheboh action-nya." Buktinya, kali ini saya selangkah lagi meraup tiket yang berasal dari Dema. Berdialog mengelilingi api unggun guna mempererat silahturahmi kelihatannya menjadi iming-iming mengikuti acara ini. Hangatnya api semoga memperhangat jalinan antar Dema dan UKK/ UKM.
Keempat, ingin mengulang sejarah ketika menjadi Scout Boy, yang menaklukkan penjelajahan sekitar 10 km di Ujung Padang. Kaki saya seolah patah-patah menelusuri jalanan panjang berdebu. Tak jauh beda, gunung Sinabung yang berkoordinat 3 derajat 10' LU dan 98 derajat 23' BT berada di kabupaten Karo ini akan saya catat menjadi petualangan menakjubkan. Dan tak kala penting menyaksikan sisa-sisa letusan gunung berjenis strato volcano ini. Pengalaman ini sebagai bukti bahwa saya siap untuk bertahan dalam kerasnya hidup di Sinabung.
Kelima, sebuah cerita tentang petualangan hidup saya akan saya telurkan sepulang dari Sinabung dan akan termuat di rubrik Kampusiana majalah Dinamika Edisi 29. Feature Perjalan belum pernah saya tulis, hanya tulisan fiksi yang termuat di catatan Facebook saya, dan kebanyakan tentang keindahan tempat di luar negeri. Kini saatnya menjejal jenis tulisan ini dengan perjalanan nyata yang masih segar diingat.
Keenam, sekaligus peluru terakhir saya, memgibarkan sang saka merah putih di puncak gunung Sinabung yang berketinggian 2.460 meter. Karakter Rusdi dalam novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi menginspirasi saya, betapa menjadi suatu kebanggan dan pencapaian luhur mengibarkan bendera Indonesia di puncak Mont Laura, Quebec, Kanada. Seolah menyamakan Mont Laura dengan Sinabung, tentunya ini akan menjadi pengalaman 'fantastico. fantastis'.
Harapan ini seperti harapan bocah dalam film 'Charlie and the Chocolate Factory.' "Semoga saya beruntung mendapatkan tiket seperti bocah itu," timpal saya.
Selanjutnya, "Merci Beaucop. Terimakasih," kata-kata ini akan terlahir untuk para DR jika memberikan tiket camping ground tersebut kepada saya.
Sepertinya peluru saya sudah habis. Simpulnya, saya akan menampilkan kepada para peserta camping group bahwa LPM Dinamika layak diacungi jempol dan meraup pengalaman camping dan hicking ria.
Komentar
Posting Komentar