GEMPITA PELATIHAN PELATIH ALA DPF Sebuah Aksi Filantropi dalam Teacher Competency Program Bagian Kelima
Kebanyakan siswa berasumsi bahwa guru identik dengan segudang latihan- latihan yang diberikan kepada siswa. Para siswa terkadang melontarkan keluh dengan wajah kesal mereka jika sang guru memberi latihan yang rumit dan banyak. Bisa dipastikan, hari-hari siswa dipenuhi oleh seambrek latihan. Fakta ini sering kita temukan saat kita berpapasan dengan dunia sekolah. Ada hal yang berbeda dalam acara Teacher Competency Program, kini para guru yang biasa melatih melalui latihan dengan soal mata pelajaran bidangnya akan diberi latihan-latihan berantai oleh Trainer. Akankah guru tersebut merasakan hal serupa yang dirasakan siswa mereka?
Minggu, 10 Juli 2011, dua puluh peserta yang bernotabene Guru SMK Swasta Bunda Siti Banun Labuhan Batu Selatan memasuki Balai Pertemuan Bunda Siti Banun di Jl. Lizardi Medan. Kali ini mereka akan mengikuti pelatihan babak kedua dalam materi Information and Communication Technolology. Tidak hanya mereka, tetapi beberapa pihak penyelenggara dari Djalaluddin Pane Foundation diantaranya Vania Karimah, Nugraha Romadhan, Abdul latief, Hendra Utama dan Fikri yang selalu hadir mengamati prosesi acara ini sejak awal, empat orang penitia dari mahasiswa yaitu Dwi Nopi Natalia sebagai Event Organizer, Heddy Safriyanto sebagai Dokumentator, Fauzan Arrasyid sebagai Co-Fasilitator dan saya sendiri sebagai Reporter dari IAIN SU dan tiga trainer yang berasal dari Pusat Teknologi dan Komunikasi (Pustekkom) yaitu Aryo G. Nugraha, Yusuf dan Abdul Muthalib yang sigap melatih para peserta untuk memahami pemanfaatan teknologi dalam penyampaian materi pelajaran memenuhi ruang pelatihan itu.
Presentasi Tim Mengawali Pelatihan
Hari ini para peserta telah memasuki hari keenam dalam pelatihan yang bertema “Teacher Competency Program”. Tepat pukul 08.30 WIB acara dimulai dengan sapaan dari para Trainer. Kondisi ruangan disusun sedemikian rupa dengan jajaran meja dan kursi yang memisahkan satu tim dengan tim lainnya layaknya sebuah kelas. Dengan persiapan tim yang terbilang singkat (kurang dari satu hari) para peserta mulai menyampaikan bentuk Rancangan Persiapan Pembelajaran (RPP) dengan mata pelajaran yang dipilih ala mereka masing-masing.
Prosedur presentasenya sederhana; peserta diberi kesempatan untuk menyajikan RPP yang mereka susun lalu dikomentari oleh peserta dari tim lain dan Trainer. Ada lima tim yang mempresentasikan RPP yang mereka siapkan. Tim I (Taisir, Jafar, Novel dan Ita) menyajikan RPP PPKN, Tim II (Aini, Sudi, Sandika dan Dewi) menyajikan RPP Matematika, Tim III (Zummi, Ozi, Mala dan Bibah) menyajikan RPP Ekonomi, Tim IV (Riri, 4ziy, Leli dan Regar) menyajikan RPP bahasa inggris dan Tim V (Sarma, Lita, Vina dan Epi) menyajikan RPP KKPI.
Urutan presentasi tiap tim dipilih secara acak oleh pemateri. Sehingga diperoleh hasil: Tim I= urutan 2, Tim II= urutan 4, Tim III= urutan 5, Tim IV= urutan 1, Tim V= urutan 3. Secara bergantian mereka menyampaikan hasil rembukan mereka yang termaktub dalam slide.
Selain Trainer yang berkomentar, seorang peserta yang akrab disapa Taisir begitu antusias mengomentari hasil RPP dari tim lain, salah satu komentarnya adalah menegenai tampilan background yang mesti sesuai dengan materi yang disampaikan. Setelah kegiatan ini selesai, peserta dipersilahkan untuk istirahat sejenak sampai pukul 11.10 WIB.
Bagaimana Membuat Media Presentasi yang Elegan?
Kemudian acara dilanjutkan dengan materi “Pembuatan Media Presentasi” yang disajikan oleh Trainer Aryo G. Surapati. Aryo memulai membuka slide yang memunculkan sebuah wayang kulit sebagai opening dari media pembelajaran yang dibuat oleh salah seorang guru Indonesia. Peserta terpukau sejenak melihat media tersebut. Cukup tepat untuk mengawali materi kedua ini untuk menarik gairah berlatih peserta.
Aryo menjelaskan, “Ada tiga hal penting yang patut diperhatikan dalam membuat slide yaitu point of view, kurikulum dan kosmetik.” Ketiga hal ini saling menunjang satu sama lain; dalam membuat slide, point of view merupakan faktor utama yang mewakili seperangkat isi yang ingin disampaikan guru. Tentunya point of view tersebut berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan. Dan perlu diingat untuk menggugah minat peserta didik, kosmetik begitu urgen untuk digunakan. Kosmetik dapat berwujud dari pemakaian gambar yang sesuai, background menarik dan nyaman dipandang serta setting penyajian materi. Aryo melatih langsung peserta untuk membuat tampilan slide yang tepat namun tetap elegan. Bingung, tercengang atau puas karena berhasil menggunakan Slide Master terpancar dari gurat wajah peserta, membuktikan tidak semua guru-guru ini paham dalam membuat media berupa slide yang diajarkan Trainer. Rumit memang, tetapi peserta tetap khidmat melatih diri. Istirahat beserta Salat Zuhur meemberhentikan acara ini sejenak.
Tepat pukul 14.15 WIB, empat belas peserta sudah memenuhi ruangan pelatihan kembali, sisanya masih belum hadir. Keterlambatan peserta ternyata berpengaruh pada kelanjutan penyampaian materi ini. Namun, Aryo terus melanjutkan materi pelatihan yang beranjak ke topik penggunaan tampilan menarik (kosmetik) dalam slide sampai kesembilan belas peserta memasuki ruangan. Namun, disayangkan seorang peserta izin. Dari membuat ukuran gambar yang proporsional, menentukan gradasi warna, menyisipkan video dan musik dan mengatur game animation. Kemudian peserta diberi kesempatan untuk bertanya langsung kepada Trainer.
Di akhir penyampaian materi ini, Aryo seketika menanyakan, “Siapa yang punya Facebook?” ternyata seluruh peserta menyatakan memiliki akun jaringan sosial ini. terselip hal tabuh dalam pengumbaran identitas dalam dunia maya ini, dampaknya buruk jika tidak digunakan tepat guna. Ringkasnya, media atau penggunaan internet sesuai kegunaannya yang positif. Istirahat dan salat Asar kembali dilakukan untuk me-recharge semangat peserta.
Seusai rehat, peserta diberi sebuah suguhan ice breaking berupa lagu “Topi Saya Bundar” yang diubah liriknya menjadi “Hidung Saya Pesek” dengan urutan gerakan memegang hidung, dada, lalu memajukan tangan kedepan. Permainan ini mampu menyihir peserta untuk tertawa ria bersama. Tujuannya adalah untuk mengembalikan konsentrasi dan semangat untuk memasuki acara selanjutnya yaitu Pembuatan Blog yang dipandu oleh Trainer Yusuf .
Pertama kali peserta dipandu untuk mebuat alamat e-mail pribadi melalui Gmail. Setelah membuatnya, peserta ditantang untuk mengirim e-mail ke halo.bang@gmail.com. Sayangnya, tidak semua peserta berhasil sebab keterbatasan jangkauan server. Akan tetapi peserta terus mencoba mengirimnya. Hingga waktu istirahat menghampiri. Lalu, acara pembuatan blog menjadi materi akhir yang dicekokin pada peserta. Sisa semangat juga masih terpancar pada wajah peserta untuk berkutat dengan materi selanjutnya di esok hari.
Dalam pelatihan ini terdapat sasaran krusial yang dapat diambil oleh peserta pelatihan. Disela-sela mengisi materi, Aryo menghampiri saya, lalu menmyatakan, “ Tiga hal yang menjadi sasaran dalam pelatihan ini: melek ICT (Information and Communication Technology), mampu memanfaatkan internet sebagai sumber pembelajaran, serta meng-creat media sendiri.” Aryo mengharapkan dengan pelatihan ini, siswa tidak lagi mengalami abstraksi dalam memahami pelajaran saat guru menjelaskan. “Dengan media, pelajaran akan lebih riil, selama ini pelajaran eksakta disuguhkan guru seperti pelajaran sejarah,” tambahnya. Pernyataan ini Aryo kemukakan karena ia memahami benar bahwa mayoritas guru Indonesia kerap mengaplikasikan metode tradisional seperti ceramah sehingga siswa sukar menangkap pelajaran. Paradigma seperti ini yang patut kita ubah.
Program pelatihan ini adalah metamorfosis langkah menebar filantropi lewat aksi bermakna. Nugraha Romadhan mengutarakan, “DPF fokus pada pendidikan, seperti peningkatan kompetensi guru. Program ini sebagai langkah untuk meningkatkan mutu pendidikan.” Konsep menanam benih ala DPF tersirat dalam program yang satu ini yaitu dengan menambah asupan ilmu fasilitasi dan komunikasi serta informasi dan teknologi komunikasi yang dapat diimplementasikan guru dalam mengajar, yang pada akhirnya berkenaan dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
Komentar
Posting Komentar