Phobia SPG/SPB
Saat SMA, aku punya
phobia yang aneh banget. Risih banget kalo lagi milih-milih baju di Department
Store trus dibuntutin sama SPG/SPB. Biasanya sih aku langsung kabur dan beralih
ke sudut lain biar bisa bebas ngecek harga. Tapi, tetap saja SPG/SPB tetap
memantauku. Dasar, aku ngerasa seperti pencuri yang dipantau oleh para detektif
di balik rak-rak baju yang tersusun apik.
***
Setamat SMA, aku
memaksa diri untuk hijrah ke suatu tempat karena perintah rasul (hahaha...).
Batam menjadi kota pilihanku untuk beradu nasib. Singkat cerita setelah banyak
mengajukan aplikasi lamaran kerja dan mondar-mandir di Muka Kuning (kawasan
perindustrian Batam; banyak perusahaan terbatas di sini), akhirnya aku mendapat
pekerjaan sebagai admin di sebuah perusahaan finansial, Adira Finance.
Bosan dengan pekerjaan
sebagai admin. Aku yang memang berniat cuma cari pengalaman, sebulan kemudian mengajukan lamaran kerja ke
sebuah perusahaan baju ber-brand yang dulu digandrungi kaum muda IE-BE (orang
ngenalnya dengan sebutan Iwak Bandeng). Arrrgghh , jadi SPB.
Nggak apa deh, walau
aku phobia dengan SPG/SPB, paling tidak aku tahu alasan mereka sering
mengintaiku nantinya.
Aku ditempatkan di Matahari Department Store Mega
Mall Batam, Batam Centre. Tepat di depan Mall ini terdapat Pelabuhan Internasional.
Aku sering main ke tempat ini, sekedar melepas penat saat istirahat dan ngobrol
dengan turis yang kebanyakan dari Singapura. Ya, dari Batam ke Singapura cuma
makan waktu 45 menit.
***
“Well okkey, I’m SPB now,” pikirku. Hari pertama menyandang status
sebagai SPB itu rasanya, mmmm.., kayak orang begok tau. Berjam-jam berdiri di
depan display baju-baju, nyetok baju yang seambrek, ngeladenin pembeli yang terkadang cuek abiz,
ditanyain mau baju yang gimana malah pergi gitu aja, atau saat diikuti malah
pergi. Eitsss wait guys, hmmm.. ngeladenin pembeli yang terkadang cuek
abiz, ditanyain mau baju yang gimana malah pergi gitu aja, atau saat diikuti
malah pergi.
Hening. (Mikir sejenak)
Sepertinya saat jadi
costumer, aku pernah ngelakuin gelagat ini. Aiggoooo... Passake... Aaaaa....
IIIIIAAAOO...
Aku sekarang jadi
DETEKTIF YANG MENGINTAI PENCURI?. Apakah si costumer itu juga berpikir yang
sama sepertiku dulu. Ohhh... TIDDAAAAKKKKK!!!
Tapi terserah deh mau
berpikir apa. Bodo amat dengan pendapat mereka. Bagiku, sekarang itu cuma kerja
sesuai prosedur, rapi, elegan, dan memikat. Dan yang paling penting, dapat
BONUS kalo kerjaan memuaskan supervisor. ($$$$$)
Dari profesi SPB, yang
sebagian orang menganggap ini profesi kelas bawah, aku dapat banyak sekali pengalaman
berharga. SABAR nungguin dan ngeladenin costumer, RAPI dalam stok dan ngedisplay barang, RAMAH dengan costumer,
PRACTISE sama costumer asing yang kebanyakan dari Singapura.
Tapi, masih ada satu
yang masih belum hilang, walaupun aku sudah tau kenapa SPG/SPB itu bergelagat
seperti itu, aku sepertinya phobia dengan SPG/ SPB di Departement Store.
Catatan:
SPG/ = Sales Promotion
Girl/Boy
ooo, ada SPG juga ada SPB
BalasHapus