MENGINTIP SISI KEDERMAWANAN TJONG A FIE Dari Filantropi Tjong sampai Filantropi Mahasiswa


Perahu Jung menepi. Kedua kaki pemuda suku kahha itu terburu-buru menginjak tanah di tepi pantai Labuhan Deli (sekarang, Belawan). Berbekal celana puntung dan sekerat kayu pikulan, ia siap beradu nasib di negeri orang.
TJONG A FIE
Adalah Tjong A Fie, sosok mengagumkan dari Tiongkok. Tjong membulatkan tekad menebarkan kiprah sebagai pemuda ras Cina di kota idamannya tempo dulu. 1875, dulu masih zaman kejayaan praktek Poenale Sanctie Belanda yang menyengsarakan para kuli perkebunan karet dan teh di bagian Timur Soematrah. Dengan bermodalkan hanya 10 dolar uang mancho, Tjong mencoba peruntungan lain.

Filantropi Ala Tjong
Konseptualisasi filantropi yang berbasis praktek pelayanan sukarela guna memberi bantuan terhadap kaum yang membutuhkan ternyata tak lepas dari konteks filantropi Islam. Dalam buku Revitalisasi Filantropi Islami misalnya, disebut-sebut kesadaran kepedulian terhadap sesama manusia muncul pada abad ke-18 di Barat. Malah secara historis, Ibnu Battutah, si petualang muslim mencatat dalam Raihlah Al-Battutah (726 M) bahwa pengembangan konsep filantropi sangat berkembang pesat di wilayah kekhalifahan Othmaniah hingga bersporadisasi sampai ke seluruh penjuru dunia. Ihwal ini menunjukkan bahwa perkembangan kepedulian umat Islam sejak dahulu sampai sekarang sangat menakjubkan dan mampu menyentil masyarakat barat untuk berbuat hal serupa.Top of Form
Sejalan dengan historis di atas, sepertinya Tjong juga terbawa dengan arus berfilantropi seperti bangsa barat. Ia termasuk pemuda pendatang yang gigih, kreatif dan mudah berbaur dengan masyarakat. Kiprahnya diawali dari penjaga toko buku lalu ia berwiraswasta sendiri. Karena karakternya yang low profile dan bersahabat, para kolonial Belanda dan Sultan Deli memberinya sejumlah kedudukan strategis, diantaranya yakni levansir perkebunan, Majoor der Chineezen, dewan kota dan kebudayaan dan penasehat pemerintah Hindia Belanda untuk urusan Tiongkok. Dari kesuksesannya ini, Tjong menebar kedermawanan.

MEDAN MASA KOLONIAL

Sosok Tjong dikenal masyarakat-Medan khususnya-lewat sejumlah partisipasinya dalam membangun kota Medan. Menurut kesaksian sejarah, Tjong ikut membangun sebagian Kesawan sebagai jantung kota Medan. Tak tanggung-tanggung sejumlah bangunan khas Medan, yang sekarang menjadi ikon juga atas bantuan Tjong. Misalnya saja Masjid Lama gang Bengkok, jembatan Beton di daerah pertokoan kampung Keling, mendirikan Deli Bank dan Batavia Bank, jembatan kebajikan jl. Zainul Arifin, bahkan Tjong memyumbang uang untuk pembangunan Masjid Raya Al-Mansoon pada tahun 1906 di masa kejayaan Sultan Makmun Al-Rasid. Meskipun ia beragama Budha, Tjong juga sering bersedekah untuk anak yatim dan para janda dan menyumbang sembako ke beberapa masjid dan surau di sekitar pulau Berayan. Kedermawaan Tjong ini yang membuat namanya harum sampai sekarang.Bottom of Form
Modernisasi Konteks Filantropi
Perjalanan panjang Tjong yang kental dengan sisi kedermawanan bisa saja menginspirasi mahasiswa untuk mengikuti jejak kedermawanan Tjong dengan konsep filantropi modern. Realisasi filantropi modern dapat dikatakan sebagai suatu yang susah-susah gampang. Dibutuhkan kreatifitas dari mahasiswa dalam perwujudannya.
KEDIAMAN TJONG A FIE
  Mobilisasi perindustrian pun semakin mengutamakan pangsa pasar dan laba. Walhasil, konteks kepedulian terabaikan. Guna meningkatkan kepedulian sesama, kaum muda Indonesia bergerak menerjang ketabuhan ini dengan mendirikan berbagai bisnis filantropi. Dan, paling fenomenal azas filantropi modern Islam memasuki abad pencerahan saat ini.
Meski masih jarang didengar mahasiswa, ternyata konsep filantropi Islam menyebar melalui berbagai cara. Contohnya saja Djalaluddin Pane Foundation, sebuah perusahaan yang menjadi ikon dunia filantropi dengan konsep Islam, yang menyebarkan konteks ini kepada mahasiswa seantero negeri, yakni dengan cara jitu roadshow seminar. Cara ini difungsikan sebagai stimulus kepada mahasiswa tentang filantropi yang sesuai ajaran Islam. Dengan harapan menunjang kekreatifitasan mahasiswa dalam berpartispasi sebagai volunteer dalam memajugakan Islamic Entreprenuership yang berbasis nurani ihsani dan teknologi serta memberikan pelayanan sosial yang edukatif, produktif dan memberdayakan kaum Mustadh'afin sesuai misi DPF.
Konsep filantropi modern tidak terbatas pada bantuan secara material. Mahasiswa dapat pula membantu dengan cara yang berbeda, bisa dengan tenaga dan transfer ilmu. Sebagai contoh, memberi ilmu pengetahuan tentang pemanfaatan barabg bekas pakai untuk di daur ulang. Dengan seperti ini, mahasiswa dapat memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat kurang mampu; konsep lebih baik memberikan kail daripada ikan berjalan dalam filantropi semacam ini.
Dari sosok dermawan Tjong A Fie yang menginspirasi sampai perubahan filantropi modern Islami ala mahasiswa, menuntut kita untuk meningkatkan kreatifitas, kerja keras, kerja tangkas dan kerja ikhlas untuk menolong sesama mausia.










Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR ISLAM DI NEGERI NONMUSLIM (Biografi Prof. Dr. Nawir Yuslem, M.A.)

Jejak Sukses Pecinta Buku (Biografi Prof. Dr. Nur Ahmad Fadhil Lubis, M.A.)

BERJUANG DEMI ILMU (Biografi Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, M.A.).