LARANGAN BERMUKA MASAM

Entah apa yang merasuki saya kala itu. Senyum yang sering terukir di wajah saya sejenak hilang dan berganti dengan kemasaman.Memang saya sedang dilanda pikiran yang seambrek: mengerjakan tugas-tugas dosen dan persiapan untuk ujian. Waktu mendesak saya.

Tiba-tiba teman saya 'UN' bertanya tentang pelajaran yang sulit saya pecahkan. Pertanyaannya membuat saya muak. Lalu saya hanya diam dan menunjukkan wajah masam. Ia pun pergi dengan rasa kecewa.

Kenapa saya bersikap begitu? Ini pertanyaan yang harus saya pecahkan. Saya tetap merasa ini sikap yang tepat.Sesampainya saya di asrama-shalat maghrib-lalu membuka Al-Quran. Tanpa saya sadari lembaran Al-Quran terjemahan itu tertiup oleh derasnya kipas angin dihadapan saya. Dan berhenti pada lembar yang bertuliskan surah 'Abasa.Saya kaget ketika membaca terjemahannya 'Ia Bermuka Masam'. Saya baca, baca, dan baca hingga akhir ayat.

Dalam Q.S. 'Abasa: 1-16 dijelaskan bahwa surah itu turun karena kejadian:'Orang buta yang bernama Abdullah bin Ummi Maktum datang kepada Rasulullah SAW untuk meminta ajaran tentang Islam. Namun, Rasul bermuka masam dan berpaling darinya karena saat itu beliau sedang menghadapi pembesar Quraisy dengan pengharapan mereka mau masuk Islam. Maka turunlah ayat ini sebagai teguran kepada Rasul agar tidak bermuka masam.'

Saya takjub, sekaligus mendapat jawaban atas pertanyaan saya. Rasul saja yang jelas masuk surga dilarang bermuka masam- apalagi saya. Allah memberi petunjuk kepada umatnya sungguh tidak dapat diduga. Tugas manusia hanya berikhtiar dan berdoa. Saya semakin cinta denganMu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR ISLAM DI NEGERI NONMUSLIM (Biografi Prof. Dr. Nawir Yuslem, M.A.)

Jejak Sukses Pecinta Buku (Biografi Prof. Dr. Nur Ahmad Fadhil Lubis, M.A.)

Keliling Pulau Samosir dengan Bus Mini