BALADA KELUARGA “REDAKSI”


Mungkin sudah takdir dari yang maha kuasa. Memiliki dua istri, jannah (istri pertama) dan Lulu (istri kedua). Mertua, bapak Murpy dan ibu Ayun. Dan dikaruniain anak yang manis-manis pula, Bibeh (sulung), Bembeng (Anak ke-2), Hindah (anak ke-3), Fitlay (anak ke-4), Isma (anak ke-5), Rina (anak ke-6), dan Hilmah (si bungsu).

Keputusan ini terjadi akhir tahun lalu. Aku yang kala itu merasa berhutang budi pada keluarga Dinamika (ayah Molen dan kedua istrinya: Indah dan Nopi) yang telah membesarkan aku sampai seperti ini, memutuskan untuk menjadi pemimpin keluarga kecil yang masih berhubungan darah dengan keluarga Dinamika seperti kakak dan abang angkatku Heddy yang membentuk keluarga Litbang, Neyna dengan keluarga perusahaan dan Irhas, Design Grafis.

Masa pengantin baru kulalui dengan banyak rintangan hidup. Dimulai dengan rintangan dari diriku sendiri. Aku berusaha menghilangkan sikapku yang kekanak-kanankan, egois, acuh tak acuh terhadap sesuatu, dan banyak lagi segenap kekuranganku untuk mempertahankan keutuhan keluarga ini.
Kala itu aku pernah jenuh dengan keputusan ini. Sesegera mungkin kejenuhan itu aku remuk-remukkan lalu kubuang jauh-jauh.

Tidak hanya itu, rintangan dari anggota keluargaku juga pelik. Istri sering ngomel-ngomel, mertua minta duit terus, anak-anak yang butuh perhatian, dan banyak hal lagi yang patut aku perhatikan. 

***

Aku termenung. “Apakah selama ini aku sudah memenuhi kewajibanku sebagai pemimpin?” pikirku. Barangkali aku telah berbuat banyak salah selama ini dengan keluargaku sendiri. Istriku mungkin kuterlantarkan, mertua kusia-siakan, dan anak-anak kuabaika. “Ohhh... benarkah?” aku menambah tanya dipikiranku.


Apa kata keluarga Dinamika, Litbang, Perusahaan,dan Design Grafis nantinya. Apa pula kata masyarakat di sekitarku. Barangkali aku malu, malu pada diriku yang belum mampu, mapu untuk menjadi pemimpin mereka.

Aku hanya bisa menyemangati diri dengan berjanji untuk lebih baik lagi. Untuk keluargaku, untuk mansyarakat, nusa, bangsa dan negara. Hiks...

                                                                        ***

Aku pun tak mau terus terpuruk dengan pikiran-pikiran negatif di kepalaku. Karena aku sangat yakin aku punya potensi yang paling tidak bisa kuandalkan, yang menjadi sumber keberanian saat aku memutuskan untuk menjadi pemimpin.

Ya aku semakin yakin, aku bisa. Karena aku punya istri-istri, mertua, dan anak-anak yang senantiasa ada di sampingku untuk bersama-sama berupaya membuat keluarga ini bahagia.


BALADA LEBAY DI ATAS DIPERSEMBAHKAN UNTUK KRU LPM DINAMIKA IAIN SU YANG TERGABUNG DALAM DIVISI REDAKSI

Komentar

  1. papa Romi jahat....
    fotoku gak ada T_T

    BalasHapus
  2. masihkah aku anakmu papa romi ???
    si sulung yang malang ..

    BalasHapus
  3. Fitlay: loe sering seliweran kemana-mana. mangkanya, jangan bandel jadi anak.
    Bebeh: loe kan anak sulung, jadi hrs mmbantuku tuk cari nafkah. merantaulah.
    Molen: nggak nyambung.

    BalasHapus
  4. berasa nonton telenovela =D, hahaha *sumpah lucu mi* =D

    BalasHapus
  5. bener-bener cuma bisa bikin aku senyum. Masak aku dibilang ibu mertua.

    BalasHapus
  6. Mbak Zee: Hahaha... mbak, begitulah cerita sebenarnya...
    Ayun: kan ayun dah tua, cocok jadi mertua dan nenek dari anak2ku.

    BalasHapus
  7. sebenarnya aku ini (istri kedua sekarang)adalah istri pertamanya dahulu. lalu dicerai pada tahun 2011 dan menikah lagi tahun 2012

    BalasHapus
  8. huahaha....lulu berganda status sbenarny

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR ISLAM DI NEGERI NONMUSLIM (Biografi Prof. Dr. Nawir Yuslem, M.A.)

Jejak Sukses Pecinta Buku (Biografi Prof. Dr. Nur Ahmad Fadhil Lubis, M.A.)

Keliling Pulau Samosir dengan Bus Mini