BEGITU NIKMAT (Warisan Kuliner Khas Simalungun)

Perjalanan mengitari pulau Samosir saya hentikan di sebuah warung khas batak 'Opung Simarmata'. Saya memilih warung ini karena merasa bosan menjejali makanan di Rumah Makan Khas Padang yang bercecer di penjuru kota yang pernah saya kunjungi. Lagipula ini adalah momen yang tepat untuk memanjakan lidah dengan kuliner tanah batak.

Saya memilih meja kayu didampingi kursi panjang berpernis kilat yang berada di pojok. Cukup nyaman. Saya terkaget ketika mendengar suara pramusaji yang menanyakan saya mau pesan menu apa. Suara khas batak mengusik kenyamanan saya sejenak.
'Saya pesan nasi putih plus ayam ura, minumnya teh kelat,' saya menjawab dengan mantap.

Lantunan lagu 'Dago Inang Sarge' terdengar melalui radio tape tua di tempat itu. Dahulu ayah saya yang berdarah batak sering menyanyikan lagu itu, tapi saya terlahir tanpa diwarisi bakat bahasa batak, hingga saya hanya mampu menikmati irama musik itu- tanpa tahu maknanya.
 'Silahkan,' suara pramusaji itu menghentakkan saya lagi.
'Terimakasih' sahut saya jauh lebih lembut dari pramusaji itu.

Teh Sidamanik
Dengan tangannya yang lentik, dia meletakkan hidangan yang saya pesan.Saya langsung menjejal teh kelat yang sudah ada di depan saya. Slurp.. Slurp.. Cukup hangat diminum di pinggiran Danau Toba yang saat itu bagai cermin dunia. Aroma tehnya terbang lewat asap-asap yang berasal dari hangatnya teh itu terhirup oleh hidung saya. Rasa kelatnya sangat-sangat istimewa dan begitu kental, tak salah saya pilih minuman ini karena sulit saya jumpai di kota-kota lain- benar-benar teh khas batak yang dapat membuat lidah saya bergetar karena kekelatannya. Katanya, ini teh kualitas nomor 1 dari Sidamanik.

Dengan lidah yang masih sedikit kelat, saya melanjutkan mencicipi nasi putih yang ditaburi bawang goreng di atasnya dengan ayam ura. Konon ayam ura adalah jenis masakan batak yang dihidangkan pada acara ritual adat. Kini tidak lagi. Ayam ura dimasak benar-benar tidak matang, yang membuatnya begitu matang adalah bumbu-bumbu dalam kuah yang membalurinya. Salah satu bumbu yang unik yaitu kulit kayu halat yang ditumbuk halus; kayu ini menciptakan rasa yang getir tapi bersensasi lezat dan juga membuat kuah terlihat lebih kental. Ditambah lagi aroma jeruk nipis, sereh, dan rempah lainnya begitu padu padan. Makanan khas batak yang luar biasa- menciptakan berjuta sensasi di lidah. Atau, kalau tak suka ayam, kamu boleh menjejali Ikan Nani Ura, Ikan Mas yang dimasak hanya denagn bumbu seperti gulai dan berbagai asem-aseman. Jadi, ikan itu masak secara alami, dan dagingnya akan sangat renyah kalau digigit.

Ikan Nani Ura khas Simalungun
Wah, sungguh puas lidah saya bergoyang karena memakan kuliner khas batak yang satu ini. Tak terasa piring saya hanya tersisa tulang ayam. Saya lalu mencuci tangan. Dan kembali meneguk teh kelat hingga tak setetespun tersisa.

Sudah hampir satu jam saya berada di warung itu, lalu saya membayar makanan saya dan melanjutkan perjalanan saya untuk berziarah ke makam raja-raja batak di Samosir dengan mengendarai sepeda sewaan saya.

#Simalungun, 2011

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR ISLAM DI NEGERI NONMUSLIM (Biografi Prof. Dr. Nawir Yuslem, M.A.)

Jejak Sukses Pecinta Buku (Biografi Prof. Dr. Nur Ahmad Fadhil Lubis, M.A.)

BERJUANG DEMI ILMU (Biografi Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, M.A.).