NGETRIP NGETRIK (DAY 4)



Menguji Iman, Semakin Dekat Dengan-Nya

Hoaammm.. jam 3 pagi harus bangun karena transit. Semakin ke Selatan akan semakin minim pelayanan dan minim keramah-tamahan. Hati-hati ditipu juga ya! Aku hampir ngalami, berbeda dengan penumpang lain yang pada umumnya akan ke Koh Tao atau Krabi, dengan tujuan Phuket Town aku harus kena money charge kalua mau diantar langsung ke hotel di Patong. Anyway, orang Batak ini mau kau maen-maenin lae, mana bias kau, yang kepala premannya ayahku di Amplas. Setelah jelasin panjang lebar, petugas terminal itu minta identity, ya aku jawabla pula:
My name is NO
My sign is NO
My money is NO
You need to let me go
You need to let me go
Need to let me go
-Saya keluar dan minta dinaikin minivan dengan mata melotot-

Sepanjang perjalanan mata kamu akan dimanjain sama pemandangan yang aduhai. Apalagi pemandangan 30 menit sebelum sampai di Phuket Town, aih makjang, yang cantik-an. Bukit-bukit batu yang menjulang tinggi, lautan yang sesekali menampakkan diri, bau laut yang begitu segar, sumpah indahnya luar biasanya sampai air mata jatuh dek di pipi abang. 

Sebagai umat muslim, hijrah itu di anjurkan, bahasa gaulnya ya TRAVELING. Aku sangat tidak setuju traveling diidentikkan dengan kebiasaan hedon. Allah menyuruh kita untuk mengenalnya lewat apa yang diciptainnya, Allah suka hambanya yang menjelajah (sampai ke negeri Cina untuk belajar), berarti Allah suka dengan traveler yang punya niat positif dan bertadabur. Dan I love you Allah, sudah membuatku terpukau tidak hanya pada seorang gadis, tapi ini sepertinya melebihinya.

Anyway, jalanan dari Bangkok ke Phuket Town super mulus, mungkin pemerintah rajin kasih lotion kali ya. 

Akhirnya setelah 14 jam perjalanan ditambah beberapa jam molor di terminal Surathani, aku sampai di Phuket town. Berdasarkan buku panduanku, Phuket Town juga ikonik, tapi aku listed aja karena harus langsung pergi ke Patong. Oh ya, jadi selama perjalanan bukunya mbak Claudia Kaunang “Keliling Thailand, Malaysia dan Singapura” itu ngebantu kali bah. Termasuk trik murah meriah menuju Patong dengan transportasi umum berwarna biru dengan tulisan Patong Beach. 

Oh shit… dari kejauhan aku baru menyadari baru saja ketinggalan bus itu. Harus nunggu 30 menit lagi. Di halte, pandanganku menyapu setiap warung di sekitar, nggak ada yang halal. Untuk memastikannya aku tanyakan kepada seorang penjaga drink tall di belakang halte. Di sini perjumpaanku dengan To To, sumpah ini orang baik bener. Angkot menuju Patong sampai sambal nyari penumpang sebenrtar, dia nyaranin aku untuk membeli di 7eleven diujung jalan. Akunya nurutin kata perut juga. Karena milih mie instan yang tak satupun berlabel halal, akhirnya aku membeli roti yang aku cek komposisinya dan sebotol air mineral. To To ngos-ngosan menghampiri, mau kasih tau kalo angkotnya udah mau jalan. Padahal cukup jauh jaraknya. Okay well, We must be in hurry.

Perjalanan menuju Patong nggak jauh-jauh kok, 30 menitan doang. Urungkan niat untuk menggunakan taksi kalua ingin menuju hotel dari bus stop yang berada di dekat pantai. Kalau aku mendingan jalan untuk menhemat, lagi pula Asialoop G-hotel yang sudah aku booking jaraknya Cuma 500 meter.

Alhamdulillah bisa early booking. Karena cuaca lembab, antara mendung tapi terasa terik, mending istirahat dulu. Dengan harga semurah itu untuk dua hari, ini g-house udah beneran komplit. AC, Mandi air hangat, dan tempat tidur yang empuk tersedia dan bersih lagi. Oh ya, dilantai paling atas juga tersedia kolam renang, sekaligus tempat party kalau ramai pengunjung.

Di Couchsurfing, aku sempat nginbox couchsurfers di daerah Patong, Alex salah satunya. Rencana emang Cuma mau meet up doang, mungkin local bisa kasih petunjuk dimana agent one day tour Phi Phi Islan yang punya promo best price. Sebenarnya aku juga sudah ngantongi pin BB salah satu pemilik Mari Tour, harganya 1000 Bath, sedangkan untuk trecking dengan gajah berkisar 1200 Bath. Pilihan yang sulit, tapi karena Phi Phi Islan lebih ikonik, well I chose it. Mungkin, kalua trecking dengan gajah ntar di Tangkahan saja.

Aku: “I’ve just arrived. Could we get coffee? Do you have time?”
Alex: “Sure. I will finish my work in 3p.m.  Just wait for a moment. Do you interest in Bathminton?”
Aku: “Of course, I love it but I can play well.”
Alex: “Indonesia has a lot of best players.”
Aku: “Ok”

Hari pertama di Patong, bukannya lenyeh-lenyeh di pantai, nikmati sunset malah main badminton. Okelah, semoga aku masih bisa main badminton. Honestly, masalah olahraga, menurutku olahraga itu juga dapat dibedakan berdasarkan tempat bermainnya: di darat dan di laut. Aku sendiri lebih tertarik dengan olah raga yang dilakukan di air, sedangkan untuk olahraga di darat, Cuma catur yang bisa aku andalkan. 

Capek sudah hilang dan Alex juga sudah nunggu di lobi, kita cabut untuk main badminton Bro.  Di lapangan badminton ternyata banyak teman-teman Alex yang sudah menunggu. Kami saling berkenalan. Sekali lagi, setelkah saya sebutkan saya dari Indonesia, kesan mereka menganggapku sebagai orang yang jago main badminton. Kami warming up.

Aku dan Alex beda keinginan. Yang satu mau makan ini, yang satu mau makan itu. Ini akan sering kamu temukan, tidak semua orang biasa menerima keterbatasanmu. Aku yang nggak mau makan makanan tanpa label halal, nggak harus mengalah dengan Alex yang mau ambil praktisnya, tetap keukeuh sama keyakinan. Setelah muter-muter, akhirnya kami temui restoran halal. Chicken green curry, siap disantap malam mini.

Setelah berbincang lama dengan Alex, dia saranin aku untuk booking tiket one day tour Phi Phi Island dari travel agent “Mari Tour” karena harga 1000 Bath itu sudah harga termurah. Okay, aku langsung booking lewat BBM untuk tour besok.



Karena Alex mau masuk kerja, aku jalan-jalan sendiri di pinggir pantai. Rutenya, aku ke Bacan Market, lalu liat Thai Boxing di depannya, lalu ke Jungceylon Shopping Mall, Bangla Road dan balik ke hotel.

Di Bacan Market banyak sekali di jual makanan khas Thailand, dari mulai yang halal sampai nonhalal, jadi harus selektif. Aku tertarik untuk beli Mango Smooth dan Fruit Pancake yang isinya pisang, keduanya adalah street food yang wajib coba di sini. Rasa pancakenya gurih dan pisangnya melumer di dalamnya,  pokoknya mantep di tambah atmosfir yang riuh, seperti berada di festival makanan.

Aku urungkan niat nonton Thai Boxing karena sudah dimulai sejak setengah jam yang lalu. Sayangkan, ngeluarin ratusan ribu rupiah untuk menyaksikan pertandingan yang sudah setengah jalan. 

Kalau di Jungceylon Shopping Mall, yah ngemall, sama kayak mall di mana-mana sih. Di lantai bawahnya ada bookstore, koleksi bukunya didominasi dengan buku traveling, salah satu yang memikat adalah LONELY PLANET dengan edisi yang komplit. Buku yang satu ini juga dijadiin andalan bagi backpacker untuk merencanakan perjalanannya.

Satu tempat lagi sebelum sampai di pantai, Bangla Road. Siapa sih yang nggak tau jalan fenomenal ini? Ini jalan unrecommended untuk orang yang nggak kuat iman, gila! Di kanan kiri akan banyak diskotik, ada yang indoor ada yang outdoor, lengkap dengan penari diskotik yang meliuk-liukan badannya di sebuah tiang. Oh my gosh, help me, God. Jalanannya ramai, kamu akan ditawarin oleh banyak orang mau masuk di diskotik mana, ditemani pure cewek atau cewek jadi-jadian. Mungkin penampilanku cukup nunjukin kalua aku anak baik-baik yang lagi nyasar, jadi nggak ada satu pun yang berani nawarin.

Akhirnya, aku melewati jalanan yang benar-benar menakutkan. Ogah ke lewat Bangla Road lagi. Malam hari di pantai suasananya benar-benar tenang, pengunjung juga sepi, hanya beberapa pasangan yang lagi duduk di pasir, melihat bintang, mendengar deruh ombak, menghirup bau pantai. Bagiku, laut biru punya bau yang menenangkan. Sambil berbaring menatap langit, pikiranku penuh harap, ya Allah semoga Engkau kasih aku kesempatan untuk keliling dunia. Yap’! Ini salah satu cita-cita, yang mungkin kalua kamu “Amin”-in. Kita akan keliling dunia bersama-sama. Hehehe…

Memang perut orang Indonesia nggak kenyang kalo cuma makan pancake, sembari jalan menelusuri Patong Otop Shoping Paradise, aku temuin salah satu pasar makanan tradisional dekat dengan hotelku. Rata-rata makanan yang ditawarkan di sini adalah makanan halal. Satu kedai yang aku samperin itu, Kedai Kak Nuri. Kak Nuri adalah salah satu perantau dari daerah Pattani, umumnya masyarakat Pattani bisa bahasa Melayu. Dan, setalah aku kenalkan diri, kami berbincang dengan bahasa Melayu. 

Banyak turis yang terkesan dengan Kak Nuri yang masak dengan teknik cepat dan menarik. Aku memesan Path Thai seharga 15 Bath. Ini mah cukup untuk dua orang, porsi double lagi. 

Malam yang indah. Pengenya waktu ga berjalan secepat ini. Aku liat jam tanganku, waktu menujukkan pukul 00:30. Aku bergegas ke hotel, tidur, dan berharap besok bangun pagi-pagi buta karena one day tour Phi Phi dimulai jam 7 pagi.



  

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR ISLAM DI NEGERI NONMUSLIM (Biografi Prof. Dr. Nawir Yuslem, M.A.)

Jejak Sukses Pecinta Buku (Biografi Prof. Dr. Nur Ahmad Fadhil Lubis, M.A.)

BERJUANG DEMI ILMU (Biografi Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, M.A.).