INKARNASI
Mata Wo Kang semakin sayup. Dan mulai teredup. Ruh dalam tubuhnya seperti dibelenggu oleh sekelebat cahaya putih yang menenangkan.
Wo Kang kini tiba di dunia atas, tanpa ia sadari. Dunia itu tampak seperti surga yang diceritakan dalam kitab kuno negeri-negeri di atas yang ia temukan di tangga dekat kuil, tempat ia bersembahyang.
Aroma bunga krisantium yang bercampur dengan harumnya tanah basah tercium oleh indera penciumannya. Tak satupun manusia ada di sana. Ia memandang sekitarnya, tapi hanya pepohonan dan sungai-sungai indah yang terlihat. 'Persis seperti buku itu,' Wo Kang bergumam.
Sesosok yang mirip Wo Kang tiba-tiba muncul di hadapannya. Wo Kang seperti melihat cermin. Kaget. Sosok itu mulai berkata,
'Aku adalah inkarnasimu, selama dua abad aku menantikanmu, aku hanya memintamu untuk menyiram makam ayahku di daerah sungai Mekong dengan air dari mata air sungai Mekong.'
'Untuk apa?' Wo kang penasaran.
'Ini janjiku kepada ibuku.'
Sosok itu menghilang secepat kedipan mata. Wo Kang lagi-lagi terheran-heran. Hal ini jauh dari daya nalarnya. Selepas kepergian sosok itu, muncul perempuan cantik yang memiliki tiga kepala. Memakai gaun ungu yang bebordir naga berwarna emas. Tatapannya tegas. Sosok itu kemudian berkata,
'Wo Kang kau orang terpilih. Inkarnasimu belum tenang di alamnya karena ia belum menyiram makam ayahnya. Hanya kau yang bisa melakukannya.'
'Baiklah,' Wo Kang mengatakannya dengan ragu. 'Maaf, lady siapa?'
'Aku adalah dewi pencatat, makam itu bertanda Cheng Ta, nama ayah dari Inkarnasimu'
Wo Kang hanya bisa diam. Dewi itu kemudian memangil naga yang sisik-sisiknya berwarna zamrud dengan kepala mambang.
'Dia akan mengantarkanmu ke Sungai Mekong Wo Kang dan ini botol untuk mengambil air itu,' Dewi pencatat bertutur dengan sangat lembut.
Wo Kang segera mengambil botol itu, lalu menaiki punggung naga itu. Dengan sekejap ia sampai di sungai Mekong dan naga itu hilang tak berjejak. Akhirnya Wo Kang berhasil menuntaskan tugasnya. Dia menghela nafas dan ruhnya kembali ditarik oleh cahaya putih kembali.
Wo Kang terbangun. Ia tak percaya ini hanya mimpi. Bangun dengan memegang botol pemberian Dewi Pencatat.
Wo Kang kini tiba di dunia atas, tanpa ia sadari. Dunia itu tampak seperti surga yang diceritakan dalam kitab kuno negeri-negeri di atas yang ia temukan di tangga dekat kuil, tempat ia bersembahyang.
Aroma bunga krisantium yang bercampur dengan harumnya tanah basah tercium oleh indera penciumannya. Tak satupun manusia ada di sana. Ia memandang sekitarnya, tapi hanya pepohonan dan sungai-sungai indah yang terlihat. 'Persis seperti buku itu,' Wo Kang bergumam.
Sesosok yang mirip Wo Kang tiba-tiba muncul di hadapannya. Wo Kang seperti melihat cermin. Kaget. Sosok itu mulai berkata,
'Aku adalah inkarnasimu, selama dua abad aku menantikanmu, aku hanya memintamu untuk menyiram makam ayahku di daerah sungai Mekong dengan air dari mata air sungai Mekong.'
'Untuk apa?' Wo kang penasaran.
'Ini janjiku kepada ibuku.'
Sosok itu menghilang secepat kedipan mata. Wo Kang lagi-lagi terheran-heran. Hal ini jauh dari daya nalarnya. Selepas kepergian sosok itu, muncul perempuan cantik yang memiliki tiga kepala. Memakai gaun ungu yang bebordir naga berwarna emas. Tatapannya tegas. Sosok itu kemudian berkata,
'Wo Kang kau orang terpilih. Inkarnasimu belum tenang di alamnya karena ia belum menyiram makam ayahnya. Hanya kau yang bisa melakukannya.'
'Baiklah,' Wo Kang mengatakannya dengan ragu. 'Maaf, lady siapa?'
'Aku adalah dewi pencatat, makam itu bertanda Cheng Ta, nama ayah dari Inkarnasimu'
Wo Kang hanya bisa diam. Dewi itu kemudian memangil naga yang sisik-sisiknya berwarna zamrud dengan kepala mambang.
'Dia akan mengantarkanmu ke Sungai Mekong Wo Kang dan ini botol untuk mengambil air itu,' Dewi pencatat bertutur dengan sangat lembut.
Wo Kang segera mengambil botol itu, lalu menaiki punggung naga itu. Dengan sekejap ia sampai di sungai Mekong dan naga itu hilang tak berjejak. Akhirnya Wo Kang berhasil menuntaskan tugasnya. Dia menghela nafas dan ruhnya kembali ditarik oleh cahaya putih kembali.
Wo Kang terbangun. Ia tak percaya ini hanya mimpi. Bangun dengan memegang botol pemberian Dewi Pencatat.
*Cerita ini terinspirasi dari Silver Phoenix-nya Cindy Pon
Medan, 14 Februari 2011
Komentar
Posting Komentar