Say No To Valentine's Day
Setiap tahunnya di tanggal 14 Fabruari, sebagian
masyarakat dunia merayakan Hari Valentine, yang disebut-sebut sebagai hari
kasih sayang. Banyak orang saling bertukar hadiah dan coklat. Ada juga yang
memberi bunga mawar merah, boneka teddy
bear, atau hal-hal simbolis lainnya sebagai perwakilan kasih sayang kepada
orang yang dikasihinya. Indonesia, negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam, ternyata belum bisa terbebas dari penyakit remaja yaitu kecanduan atau
ikut-ikutan merayakan Hari Valentine.
Banyak alasan mengapa umat Islam
dilarang untuk merayakan Hari Valentine. Namun sayang sekali, remaja seakan
apatis menerima alasan-alasan tersebut. Fenomena perayaan Hari Valentine pun
masih dan masih saja bermuara pada hal-hal yang malah merusak moral, misalnya
remaja yang bukan muhrim melakukan dating,
saling berpelukan, dan bahkan berciuman sebagai perwujudan kasih sayang. Naudzubillahi min dzalik.
Di Iran, setiap menjelang perayaan
Hari Valentine, beberapa percetakan diboikot agar tak mencetak kartu ucapan dan
toko-toko yang menjual properti perayaannya juga ditutup. Hal ini diputuskan
oleh pemerintah Iran untuk meminimalisir perayaan Hari Valentine karena mereka
percaya banyak dampak yang terjadi setelah remaja Iran merayakannya. Bahkan tak
sedikit remaja yang tergiur dengan seks bebas pada momen tersebut.
Untuk mengantisipasi kejadian
seperti ini berulang, pemahaman akan pelarangan perayaan Hari Valentine
semestinya benar-benar diberikan kepada remaja Islam. Ada banyak dalil yang
menyatakan merayakan hari valentine itu bukan ajaran Islam dan bahkan dilarang
oleh Islam.
Sejarah
Hari Valentine
Sejarah
Hari Valentine jelas tidak ada di dalam Islam. Amalan budaya dan hasrat
perayaan ini mempunyai unsur-unsur kebiasaan kaum nasrani yang sangat
bertentangan dengan Islam. Jika ditilik dari sejarahnya, Valentine adalah nama
yang diserap dari nama tokoh masa lampau, St. Velentino. St. Valentino
merupakan seorang sosok paling berpengaruh di zaman pemerintahan ratu Isabella
di Spanyol. Dia juga merupakan orang terpenting yang menghancurkan kekuasaan
Islam di negara yang dulu bernama Andalusia itu.
Atas alasan itu pula, ratu
Isabella menetapkan 14 Februari sebagai hari peringatan kemenangan nasrani
terhadap Islam. Maka barangsiapa yang merayakannya seolah-olah ia bergembira
dan merestui atas kekalahan orang Islam di Spanyol.
Simbolisasi
Salah Kaprah
Jika ditelaah, umat
Islam seharusnya menyadari bahwa hari kasih sayang yang terbatas cuma satu kali
dalam setahun ini jelas mencerminkan hal yang sangat kecil nilainya
dibandingkan dengan nilai ajaran Islam yang mengajarkan umatnya terus saling
menyayangi dan mengasihi. Intinya, setiap hari merupakan hari kasih sayang bagi
umat Islam. Sudah sepatutnya remaja Islam menyadari bahwa sikap kasih dan sayang
tidak terbatas waktu, melainkan kasih dan sayang wajib tercermin di setiap
detik kita bernafas. Hablumminallah,
hablumminannas.
Dan
perlu diperhatikan bahwa meskipun Islam sangat menggalakkan umatnya supaya
berkasih sayang antara satu sama lain, tetapi untuk menunjukkan kasih sayang
antara seorang lelaki dan seorang perempuan perlu melalui saluran yang
dibenarkan oleh syara dan bukanlah sesuatu yang merujuk kepada perkara yang
mendorong atau meransang kepada maksiat.
Haram Merayakannya
Berdasarkan
dalil-dalil dari Al-Kitab dan As-Sunnah, para pendahulu umat sepakat menyatakan
bahwa hari raya dalam Islam hanya ada dua, yaitu Idul Fithri dan Idul Adha,
selain itu, semua hari raya yang berkaitan dengan seseorang, kelompok, peristiwa
atau lainnya adalah bidah, kaum muslimin tidak boleh melakukannya, mengakuinya,
menampakkan kegembiraan karenanya dan membantu terselenggaranya, karena
perbuatan ini merupakan perbuatan yang melanggar batas-batas Allah, sehingga
dengan begitu pelakunya berarti telah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri.
Jika hari raya itu merupakan simbol orang-orang kafir, maka ini merupakan
dosa lainnya, karena dengan begitu berarti telah ber-tasyabbuh (menyerupai) mereka di samping merupakan keloyalan
terhadap mereka, padahal Allah subhanahu
wa ta’ala telah melarang kaum mukminin ber-tasyabbuh dengan mereka dan loyal terhadap mereka di dalam Kitab-Nya
yang mulia, dan telah diriwayatkan secara pasti dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda:
Artinya: “Barangsiapa menyerupai suatu
kaum, berarti ia termasuk golongan mereka.”
Hari Valentine termasuk jenis yang disebutkan tadi, karena merupakan hari
raya Nasrani, maka seorang muslim yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir
tidak boleh melakukannya, mengakuinya atau ikut mengucapkan selamat, bahkan
seharusnya meninggalkannya dan menjauhinya sebagai sikap taat terhadap Allah
dan Rasul-Nya serta untuk menjauhi sebab-sebab yang bisa menimbulkan kemurkaan
Allah dan siksa-Nya.
Lain dari itu, diharamkan atas setiap muslim untuk membantu
penyelenggaraan hari raya tersebut dan hari raya lainnya yang diharamkan, baik
itu berupa makanan, minuman, penjualan, pembelian, produk, hadiah, surat, iklan
dan sebagainya, karena semua ini termasuk tolong menolong dalam perbuatan dosa
dan permusuhan serta maksiat terhadap Allah dan Rasul-Nya, sementara Allah swt
telah berfirman:
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.” [Al-Ma'idah: 2]
Dari itu, hendaknya setiap muslim berpegang teguh dengan Al-Kitab dan
As-Sunnah dalam semua kondisi, lebih-lebih pada saat-saat terjadinya fitnah dan
banyaknya kerusakan. Hendaknya pula kita benar-benar waspada agar tidak
terjerumus ke dalam kesesatan orang-orang yang dimurkai, orang-orang yang sesat
dan orang-orang fasik yang tidak mengharapkan kehormatan dari Allah dan tidak
menghormati Islam, yang selalu melakukakn cara-cara yang tak kasat mata dan
berkedok untuk menghacurkan remaja Islam, seperti Hari Valentine.
*Tulisan ini seminggu lalu dimuat di Koran Mini Miftah
Setuju dengan artikel nya sebagai muslim harus nya kita dapat menjaga diri sebelum nikah, selain itu hati kasih sayang bukan cuma sehari kan
BalasHapus