Keliling Pulau Samosir dengan Bus Mini
Sebuah perjalanan yang membuat saya sulit untuk mengedipkan
mata, bayangkan saja belum lagi sampai, saya sudah disuguhi sebuah panorama
alam yang sungguh menakjubkan. Saat saya sampai, bertambahlah ketakjuban
saya dengan keunikan budayanya. Membuat saya bertanya-tanya,
inikah surga dunia?
PBI 409 |
Anda mungkin sering mengunjungi Pulau Samosir
khususnya Tomok, secuil lokasi wisata di Pulau Samosir yang Anda dapat
nikmati setelah menempuh perjalan dengan menggunakan kapal feri dari pelabuhan
Tiga Raja atau Ajibata, Prapat, Kabupaten Simalungun. Bosan dengan perjalanan
seperti ini, coba saja petualangan baru yang pastinya lebih menarik dengan keliling Pulau
Samosir dengan
bus mini di lokasi berbeda.
KE PANGURURAN VIA TELE
Pangururan merupakan ibukota
kabupaten Samosir. Meski ibukota, tetapi namanya tak tersohor seperti Tomok. Padahal
tempat
ini menyimpan kekayaan alam dan sejarah
suku Batak. Saya dan ke delapan belas teman saya memilih Pangururan dan
Kecamatan Simanindo di Pulau Samosir sebagai destinasi utama mengikuti
E-Tour (Educative Tour) pada bulan Februari lalu.
Waktu yang ditempuh dari Medan ke Pangururan
berkisar tujuh jam. Tak perlu khawatir jenuh
di perjalanan karena panorama alam akan menjadi teman setia selama perjalanan. Dari
pasar tradisional, bukit barisan yang dipenuhi pinus, udara segar sampai Danau
Toba yang sesekali tampak di balik bukit tersuguh gratis.
Menara Pandang Tele |
Untuk sampai ke Pulau Samosir tak usah repot-repot menyeberang dengan
feri,
melalui Tele
atau dikenal dengan jalur belakang (kabupaten Dairi), bus mini melewati jembatan yang
menghubungkannya dengan “Pulau di Atas Danau”
yakni Pulau
Samosir. Sebelum sampai, kami singgah sejenak di lokasi wisata Menara Pandang
Tele. Menara ini sudah dibangun sejak tahun 1988 oleh mantan Bupati
KDH TK II Tapanuli Utara, Drs. G. Sinaga. dari menara ini terlihat jelas
lanskap Danau Toba .
Aek Rangat |
Setelah tergoncang-goncang di dalam bus akibat kelokan jalan
yang tajam dan di beberapa titik mengalami kerusakan, kami akhirnya sampai juga di Aek Rangat, Pangururan.
Dalam bahasa Indonesia berarti Air Hangat. Konon air hangat yang berada di kaki
gunung Pusuk Buhit ini berkhasiat untuk menghilangkan penyakit reumatik dan
kolesterol. Di sini tersedia banyak kolam pemandian air hangat buatan warga
setempat. Kolamnya cukup bersih dan tak banyak pengunjung ketimbang di kawasan
wisata pemandian air panas si Debu-debu dan Sipirok sehingga seperti kolam
milik pribadi, kapan lagi mandi air hangat sambil melihat danau Toba.
Jarak tempuh dari Pangururan ke Simanindo berkisar 35Km. Penginapan
murah berjejer di sepanjang jalan di Tuk-Tuk Si adong,
kecamatan Simanindo. Kami memilih sebuah penginapan yang memiliki balkon menghadap Danau Toba.
Cara paling handal menghabiskan malam adalah dengan BBQ-an bersama teman-teman,
sekaligus bercengkrama dengan ditemani secangkir kopi sebagai penghilang kantuk
dan penghangat tubuh karena udara akan begitu dingin menjelang tengah malam.
Pagi di Tuk-Tuk Siadong |
Matahari bergerak lembut muncul di peraduan. Danau Toba di pagi
hari seperti cermin yang memantulkan pepohonan pinus. Tak salah Danau Toba menjadi destinasi wisata di
Indonesia yang paling digemari wisatawan domestik dan asing. So, It’s
time to take a picture untuk mengabadikannya atau kalau Anda ingin
berwisata air, mengelilingi danau dengan Jetski bisa menjadi pilihan yang
menarik.
EKSEKUSI MENGERIKAN DI MASSA RAJA SIALLAGAN
Gapura kecil bertuliskan
HUTTA SIALLAGAN akan menyambut Anda. Rumah Bolon berjejer apik dan kursi dari batu yang
dipahat akan menarik perhatian Anda. Di balik karya tersebut tersimpan cerita
mengerikan.
Batu Kursi Siallagan, menjadi saksi bisu pengadilan di masa Raja
Siallagan. Setiap tersangka disidang di sini oleh para tetua adat dan Raja
Siallagan sendiri. Kalau terbukti bersalah, tersangka yang melakukan kejahatan
kelas berat akan dibawa ke tempat pemasungan atau pemancungan. Sebelum
dipancung, badan terdakwa tersebut disayat vertikal (dari dada sampai perut) kemudian
diberi air perasan jeruk limau. Prosesi ini dilakukan agar masyarakat merasa takut untuk melakukan hal serupa.
Batu Parsidangan |
Cerita eksekusi ini menarik banyak wisatawan. Saat kami
berkunjung, puluhan dosen dari Universiti Kebangsaan Malaysia juga sedang
menikmati perjalan wisata sejarah ini. Menurut salah satu dari mereka, Ahmad
Sunawari Long mengutarakan ketertarikannya kepada budaya Batak Toba meskipun di
Malaysia ada kebudayaan yang hampir sama seperti di wilayah Sabah, namun ia
tetap antusias berkunjung ke Pulau Samosir. “Kami berkunjung ke sini untuk tengok
budaya batak ,” ungkapnya.
Pengelolaan beberapa aset bersejarah di Huta Siallagan belum
pernah mengalami pemugaran untuk menjaga keaslian aset tersebut seperti sedia
kala. “Cuma rumah Bolon yang di renovasi,
sedangkan lainnya tidak. Kami hanya menjaga kebersihannya saja,” ungkap Johnson
Gading (pengelola wisata Batu Kursi). Di akhir perjalanan Huta Siallagan, terdapat
pasar tradisional yang menjual berbagai kerajinan khas setempat seperti ulos,
gantungan kunci, dan berbagai ukiran.
Salah satu yang menarik yaitu Kalender Batak. Kalender ini terbuat
dari kayu dan dua belas tulang berguntai di bawahnya. Sama halnya dengan tahun
masehi, kalender batak juga terdiri dari dua belas bulan. Di setiap tulang
(bulan), tertulis tanggal yang diukir dengan aksara batak.
Danau Sidihoni |
Kami menuju ke Kecamatan Ronggur Nihuta. Tujuan selanjutnya adalah Danau
Sidihoni, danau yang dikenal dengan sebutan danau di atas danau. Danau ini
terletak 10 kilometer dari Pangururan tepatnya di Kecamatan Ronggur
Nihuta. Danau Sidihoni yang berada di
Pulau Samosir ini boleh dikatakan sebagai "danau di atas danau" (di
atas Danau Toba). Air tasik ini sering berubah warna sehingga penduduk setempat
menghubungkan anomali ini dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia, meskipun air tersebut secara ilmiah dipengaruhi oleh tanah dan
faktor cuaca.
Danau ini sepertinya kurang terawat, masih banyak sekali
aktivitas warga yang mengurangi kesan estetikanya. Warga masih sering
menggembala kerbau dan menggunakannya sebagai MCK. Untuk menikmati danau ini,
sebaiknya Anda mendaki gundukan tanah yang berkisar 6 meter, dari puncaknya
anda dapat menyaksikan keseluran danau.
BERPELESIR KE TWI DAN KEBUN JERUK
TWI |
Tak puas mengunjungi
Tele, Pangururan, Simanindo dan Ronggur Nihuta dengan segala potensi yang ada
di kawasan tersebut. Sembari pulang, kami menyinggahi Taman Wisata Iman (TWI)
yang letaknya di Sitonji, Dairi. Taman ini didirikan pada tanggal 20 Agustus 2012
oleh bupati Dairi. namanya saja Taman Wista Iman, tujuan didirikannya pun untuk
meningkatkan iman setiap pengunjung. untuk menulusuri taman ini pengunjung
cukup mengikuti rute yang disediakan. Bangunan dan patung-patung yang berkaitan
dengan agama Islam, Kristen, Hindu dan Budha menjadi daya tarik tersendiri,
seolah pengunjung diajak dalam situasi yang sebenarnya dalam kisah-kisah
keagamaan keagamaan.
Sayangnya saat itu hujan menghentikan langkah kami untuk
menikmati pesona TWI dan kami melanjutkan perjalanan pulang. Di sepanjang jalan
Kabanjahe berjejer kios
jeruk, ada pula yang menjual jeruk petik
sendiri. Memang sedikit mahal dibanding jeruk yang sudah dipetik, tapi tak usah
khawatir, anda akan menemukan sensasi berbeda. Boleh juga makan jeruk yang sudah
jatuh dari dahannya.
Sekelumit cerita perjalanan yang mengesankan bagi kami.
Petualangan budaya dan alam yang sungguh luar biasa ditemani bus mini yang
tanggu. Semakin mensyukuri nikmat Tuhan yang berlimpah ruah untuk ummatnya.
*feature ini telah dimuat di majalah
Dinamika Edisi 30 Spesial
Ya ampuuuun jadi ingat masamasa itu hahahhah
BalasHapus