RENUNGAN SENJA
Di senja itu, aku
termangu.
Entah apa yang
merasukiku siang tadi. Senyum yang sering terukir di wajahku sejenak hilang dan
berganti dengan kemasaman.
Aku sedang
dilanda pikiran yang seambrek, mengerjakan tugas-tugas dosen, mempersiapkan
ujian semester dan banyak masalah pribadi lainnya. Waktu mendesak. Tiba-tiba
temanku, Ummy menegurku. Dia bertanya tentang materi yang akan kami
presentasikan. Saya hanya diam, acuh, dan menunjukkan wajah masam.
Ia pun pergi
dengan rasa kecewa. Aku menyesal, kenapa aku bersikap begitu? Ini pertanyaan
yang harus aku pecahkan. Aku memutuskan untuk kembali ke asrama.
Sesampainya aku
di asrama, aku duduk sambil memandangi senja yang memalam, di hadapanku Al-Quran
yang masih terbuka di atas meja belajarku. Aku lupa meenutupnya saat
tergesa-gesa pergi kuliah pagi tadi.
Tanpa kusadari
lembaran Al-Quran terjemahanku itu tertiup oleh derasnya angin yang deras
menembus celah-celah jendela kamarku. Aku bergegas menutupnya. Terlirikku, surah
'Abasa. Aku kaget ketika membaca terjemahannya 'Ia Bermuka Masam'. Aku baca,
baca, dan baca hingga akhir ayat. Dalam Q.S. 'Abasa: 1-16 dijelaskan bahwa
surah itu turun karena kejadian: 'Orang buta yang bernama Abdullah bin Ummi
Maktum datang kepada Rasulullah SAW untuk meminta ajaran tentang Islam. Namun,
Rasul bermuka masam dan berpaling darinya karena saat itu beliau sedang
menghadapi pembesar Quraisy dengan pengharapan mereka mau masuk Islam. Maka
turunlah ayat ini sebagai teguran kepada Rasul agar tidak bermuka masam.'
Aku takjub. Aku
mendapat hikmah dari Allah lewat jalan ini. Rasul saja yang jelas masuk surga
dilarang bermuka masam- apalagi aku.
(Medan, November 2010)
(Y)
BalasHapus