Setiap Tempat Punya Cerita
(Catatan Perjalanan Hari Kedua Jelajah Malaysia dan Singapura)
Bangun telat, tapi harus
buruan pergi ke terminal puduraya untuk mesan tiket ke Singapur. Pukul delapan
di Malaysia bagai pukul tujuh pagi di Indonesia. Sama halnya saat petang, jam
tujuh pagi sama dengan jam enam sore di republik tercinta. Jetlag, tidak juga
sepertinya ketertelatan bangun disebabkan oleh lelah yang berkepanjangan berjelajah kemaren.
Habis sarapan langsung cabut
ke Pudu Sentral. Loket bus Transnasional menjadi target karena bus ini
menawarkan tiket murah ke singapur. Setelah tanya-tanya sama ticketer nya, alhasil
dapat tiket pulang pergi malaysia-singapur. 3 april pukul 11.59 waktu malaysia
menjadi jadwal keberangkatan dari Terminal Bersepadu Selatan ke MackKenzi
Singapur. Dari pada menunggu puluhan jam, yuk mari jalan-jalan ke Putra Jaya.
Putra Jaya menjadi pilihan
mutlak destinasi keren di Malaysia setelah Twin Towetr dan Genting, karena
disini terdapat Tasik Putra yang cukup indah. Dari Puduraya Cuma naik bus saja
di depat Maydin Market. Setiap perjalanan
menggunakan bus antar kota di Malaysia hanya merogoh kocek sekitar 3 Ringgit
Malaysia saja. Dan… brum.. brum… bus yang nyamannya tiga kali lipat mengimbangi
kenyamanan bus di Indonesia melaju dengan cepat.
Jalanan
mulus tanpa macet. Sekali lagi saya salut dengan Malaysia yang dapat mengatur lalu
lintasnya sedemikian rupa. Finally, saya sampai di Putra Jaya. Turun di tengah
halaman luas masjid Putra. Saya merasa
berada di Timur Tengah.
Tasik Putra
menjadi pilihan pertama kami. Di sebrang tasik terlihat jembatan Putra Jaya
yang dibangun megah. Tasik putra juga dijadikan tempat berwisata air, banyak
sampan-sampan kecil yang bias disewa untuk mengelilingi Tasik Putra. Di
pinggiran tasik pun berjejer toko souvenir khas Putra Jaya.
Puas
mengelilingi Tasik Putra, singgahlah kami ke Masjid Putra. Masjid ini
berarsitektur khas Timur Tengah. Itulah alas an mengapa saya berasa di Timur
Tengah saat menginjakkan kaki pertama kali di tempat ini. Setiap pengunjung yang ingin beribadah atau
sekedar melihat-lihat kemegahan bangunan ini, kuudu memakai mantel pink yang
disediakan pengurus masjid sebagai penghormatan masuk ke dalam masjid ini.
Saat masuk
ke masjid ini saya tak henti-henti mengucapkan subhanallah, megah sekali. Toilet
dan tempat wudhunya pun seperti di hotel berbintang. Saking sejuk dan damainya
masjid ini, sehabis salat dan memandangi hujan dari sela-sela ukiran dinding
masjid, saya tertidur pulas.
Ketiga
orang teman saya, Zura, Uchi, dan Novel membangunkan saya. Untuk menghemat,
kami membawa bekal mi instan, tinggal seduh pakai air panas yang disediakan di
masjid, lahap deh, lumayan untuk ganjal perut.
Meski hujan
terus berintik, kami harus menuju ke perhentian bus. Di sana kami berbincang
dengan polisi setempat. Ada yang unik, saya baru pertama kali melihat bungkus
rokok yang gambarnya janin tak sehat. Memang pemerintah Malaysia mewajibkan
setiap bungkus rokok bergambar dampa-dampak dari merokok untuk menakut-nakuti para perokok pemula. Terselip suasana horror
di situ.
Okkey, bus
yang kami tunggu sudah dating, siap menuju TBS. TBS adalah terminal terbesar di
Malaysia. Kalau aku lihat, ini 100x berbeda dengan terminal di Medan yang bau
pesing. TBS lebih mirip plaza. Di lantai
satu, tempat pemesanan tiket. Di lantai dua dan tiga, ada pusat perbelanjaan
dan foodcourt. Kami memilih menu masing-masing untuk mengisi perut. Aku putuskan untuk mencicipi Nasi Goreng Pattaya. Unfortunately, makanan Indonesia itu emang jauh lebih berbumbu dan enak ketimbang makanan Malaysia. Kami sempat berbincang sama karyawan foodcourt, ternyata kebanyakan mereka orang Indonesia. Meski masih petang dan harus menunggu sampai tengah malam
keberangkatan, tak perlu khawatir, wi fi disini sangat kencang, yuk, update
foto-foto petualangan selama dua hari ini.
Nggak
terasa sudah larut malam. Kami harus segera bergegas ke lantai ground, menanti
bus. Ternyata si bus delay. Sempat kesal dengan armada bus yang kami pilih ini.
Emang sih ini bus kedua termurah menuju Singapur. Karena ada kesalahan jadwal,
terpaksa kami ditransfer ke bus lain. Sekali lagi saya mau ungkapin rasa nyaman
saya berada dalam bus Malaysia, meskipun bus berharga standar.
Perjalanan
malam menuju Mc Kenji, Singapura pun di Mulai. Aku sulit memejamkan mata,
penasaran dengan Singapura yang esok pagi akan kujelajahi. Di tengah perjalan,
sebelum Johor, sekawanan gagak berkoak-koak di sepanjang perjalanan. Pertanda
burukkah?
Komentar
Posting Komentar